Rabu, 14 November 2007

catatan kecil dari apotek . . .

kejadian satu :
Tadi sore (11 November 2007 sekitar pukul 18.00), ada seorang bapak beserta istrinya belanja ke apotek. Beliau bermobil, dan tentu saja terlihat sebagai orang yang sangat-sangat "berada". Belanjanya, saya masih ingat : Curcuma Emultion, Supramox syrup, Lafalos cream, alloris tablet. Ditotal jendral ada sekitar 45500 rupiah. Semua berjalan normal. Sampai pada tahap pembayaran dan sang Bapak meminta kwitansi pembayaran, saya buatkan kwitansi seadanya sesuai dengan jumlah transaksi. Setelah sang Bapak keluar apotek, dia balik lagi tuh... ternyata eh ternyata ada request khusus berhubungan dengan kwitansi yang saya berikan tadi. Request beliau : mohon di kuitansi ditulis rincian belanjanya, tapi yang ditulis cuman Curcuma emultion dan Supramox. Yang lain jangan ditulis ya? Tulis juga kalau resep obat itu dikeluarkan oleh dr.Kelly, supaya bisa minta klaim ganti obat ke perusahaan, tapi jumlahnya tetap 45500 ya?. Dalam hati, saya berpikir, "wah korupsi kecil-kecilan nih Pak?"

A (Aldi) : "Maaf Pak, untuk penulisan kwitansi, harus ditulis semuanya, atau minimal harga yang ditulis harus sesuai dengan harga obat yang dibeli."
B (Bapak) : "Loh kok gak bisa? Kaku banget sih apotek ini? Apotek lain aja bisa kok. Aneh apotek ini. "

A : "Iya Pak, memang seperti itu aturannya, apotek ini sudah punya aturan baku. Saya hanya menjalankan aturan, takutnya urusan dengan atasan saya bakal susah Pak."
B : "Kaku banget sih, ya sudah deh, terserah Anda saja...(sambil memperlihatkan muka kesal plus sedikit senyum kecut)"
A : "Maaf ya Pak?"
Sang Bapak langsung berjalan keluar apotek sambil geleng-geleng kepala dan tersenyum kecut kepada istrinya.

Saya juga cuman bisa tersenyum kecut (walau tetap manis). Coba kita telaah kata-kata saya kepada bapak tadi :
"Iya Pak, memang seperti itu aturannya, apotek ini sudah punya aturan baku. Saya hanya menjalankan aturan, takutnya urusan dengan atasan saya bakal susah Pak."

Sebenarnya yang dimaksud dengan "aturan" adalah Islam, karena Islam memang melarang ummatnya untuk berbohong.
Yang dimaksud "Saya hanya menjalankan aturan" adalah karena saya adalah seorang Muslim, jadi tugas saya adalah menjalankan apa yang telah diatur oleh Islam.
Yang dimaksud "takutnya urusan dengan atasan saya bakal susah", ya karena kalau berbohong, urusan saya dengan Allah SWT kelak bakal susah, bukan atasan-atasan yang lain, Lha wong apotek ini kan saya Apotekernya.

Terlihat simpel, sepele, tapi tetap saja berbohong. . .


kejadian dua (masih 11 November 2007, malam sekitar pukul 20.00) :

B (Bapak) : ada obat asam urat merek X? (lagi-lagi seorang bapak bermobil mewah datang)
A (Aldi) : waduh maaf Pak, untuk merek itu sih kita belum ada, nanti kami sediakan deh . . .
B : waduh, kalau obat anti sakit untuk asam urat? Yang bagus apa ya?
A : ohh pakai merek ini aja Pak, harga per tabletnya segini... bagus kok
B : oh gitu ya? bisa beli ngeteng nggak? gak harus satu strip ?
A : boleh Pak, beli 4 dulu aja, jangan lupa sehari maksimal 3 tablet, dan harus diminum setelah makan, karena kalau diminum saat perut kosong, sering terjadi perih di lambung.
B : Oh gitu ya? Siap deh... Eh numpang tanya, di sini ada Esilgan ? (Salah satu merek obat psikotropika dengan kandungan Estazolam, red.)
A : Waduh belum punya juga tuh Pak, lagian obat itu harus dibeli dengan resep, tidak dijual bebas
B : Iya saya tahu, dulu waktu apotek ini belum berganti pemilik, kalau saya mengeluh susah tidur, suka dikasih Esilgan sama yang jaga apoteknya, bahkan ditawari untuk beli satu Box. Disini bisa? Nanti kalau bisa kabari saya ya?
A : waduh Pak, tidak bisa begitu, lagian kalau memang saya keluarkan obat Esilgan satu box, bakal ribet dalam hal pelaporan ke dinas kesehatan, dan memang undang-undangnya seperti itu... (dalam hati, waduh kalo memang betul-betul kejar omset, kasih aja si Bapak ini Esilgan satu box, tapi kan profesi apoteker ini ada kode etiknya, jualan di apotek itu bukan hanya kejar omset, inget sumpah apoteker dulu)

Kesimpulan :
Waduh Gawat, berarti dulunya apotek ini benar-benar GILA!!! Masak nawarin psikotropika se-box ke pelanggan? Beli se-box dengan resep dokter pun harus betul-betul konfirmasi ke dokter yang meresepkan, terus bagaimana nasibnya memberikan se-box tanpa resep?

4 komentar:

Evan mengatakan...

Hikmah dari Kejadian I:
Kalau pengen kaya, korupsi lah. Kalau blm berani, belajar lah. Mulailah dari yang kecil2.
Hikmah dari Kejadian II:
Setelah kaya, silakan buang2 duit anda..:-).
Evan bersyukur masih ada apoteker kayak sampean mas.Dijamin gak ada obat2 palsu, apalagi pake campuran semen putih.

hitam :: jingga mengatakan...

aduh... jadi malu :D ya saya cuman berusaha menjalankan tugas sebaik mungkin... masih banyak kok apoteker2 baik di luar sana... cuman mungkin apoteker yang bikin blog masih dikit :D

Anonim mengatakan...

I want not agree on it. I think precise post. Expressly the title attracted me to study the whole story.

Anonim mengatakan...

Nice post and this post helped me alot in my college assignement. Thank you for your information.