Alhamdulillah Ramadhan lagi. Walau ternyata tahun ini belum terwujud untuk ber-Ramadhan bersama keluarga baru . . . tapi alhamdulillah ternyata tahun ini saya memang benar-benar ber-Ramadhan dengan "keluarga" baru, teman-teman baru, yup keluarga apotek (Whatever)... sahur bareng, buka bareng, alhamdulillah karena tahun ini masih diberi kesempatan untuk mencicipi indahnya silaturahim di bulan Ramadhan, masih ada makanan yang bisa dimakan untuk sahur dan ifthar, masih ada teman-teman yang bisa diajak ber-sahur dan ber-ifthar bersama, dan yang terpenting, masih ada niat dalam hati untuk bersungguh-sungguh menjalankan ibadah di bulan Ramadhan... insya ALLAH.
Sahur... adalah salah satu momen yang mungkin hanya bisa dirasakan di bulan mulia ini. Dimana kita bisa bersama-sama bangun di sekitaran sepertiga malam, untuk memakan makanan sekadarnya, demi memenuhi sunnah Rasulullah SAW. Begitulah keutamaan sahur dibulan Ramadhan, sehingga memang momen sahur itu seharusnya menjadi momen bagi kita semua untuk semakin mendekatkan diri kepada ALLAH SWT dan semakin mengenal sekaligus semakin rindu pada sunnah Rasulullah Muhammad SAW tercinta.
Tapi apa yang terjadi belakangan ini? Lagi-lagi kotak kecil yang hadir di tengah-tengah ruang keluarga kita (sebut saja ia dengan nama televisi) menghancurkan makna sahur. Momen sahur semakin kehilangan maknanya. Beda dengan dulu. Dulu sekitar sepuluh tahun lalu, televisi masih berbaik hati, karena setiap sahur selalu menayangkan acara yang memang mendukung untuk disimak di kala sahur, tanpa mengurangi makna sahur itu sendiri. Berbagai kajian tentang Islam ditampilkan oleh berbagai macam stasiun televisi pada saat itu. Kembali ke saat ini, dimana berbagai stasiun televisi berlomba menampilkan acara yang dipenuhi kekonyolan, penuh dengan sponsor dan quiz berhadiah melimpah yang untuk mendapatkan hadiah itu, peserta hanya tinggal menampilkan kekonyolan-kekonyolan. Astaghfirullah. Sahur saat ini, adalah sahur yang dipenuhi tawa tanpa makna. Sahur saat ini menjadi sahur yang dipenuhi oleh kemubadziran dan sesuatu yang melampaui batas. Apa tidak khawatir? Kebanyakan tertawa hatimu bisa membatu. Melampaui batas adalah kawannya syaitan. Apa jadinya bila seseorang melaksanakan shaum dalam keadaan hati yang membatu? Naudzubillah...
Sebenarnya mudah saja, jika kita memang masih mau menyelamatkan keluarga maupun sanak-saudara kita dari kemubadziran yang terjadi di saat sahur, eratkanlah tali silaturahim di dalam keluarga kita, jika perlu kerja bakti didapur bersama-sama untuk menyiapkan santapan sahur, tetapkan juga jadwal bangun bersama, giatkan diskusi sekitar ibadah Ramadhan, bangun obrolan-obrolan bermakna di saat sahur diantara anggota keluarga, atau jadikan momen berkumpul ketika sahur menjadi momen evaluasi bersama bagi keluarga tentang ibadah shaum yang telah dikerjakan sekaligus sebagai ajang penyusunan rencana ibadah yang akan dilaksanakan, dan yang terakhir tentu saja matikan televisi anda. Yup jangan biarkan kotak kecil itu merusak semuanya. InsyaALLAH...
Wallahua'lam
FeedBurner !!
Selasa, 18 September 2007
Yuk Sahur Yuk . . .
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar